ItulahPolitik – Sejak mantan Walikota Malang sekaligus mantan narapidana kasus korupsi, H. Anton menyatakan diri maju sebagai Calon Walikota Malang pada Pilkada 2024, publik dibuat heboh oleh keputusannya.
Kemunculan Anton sebagai kandidat kala itu dimulai dari banner yang betebaran di jalan raya. Berpose sambil duduk menyilangkan kaki dan senyum khas, H. Anton menyatakan diri untuk maju ikut pilkada.
Keputusan Anton, rupanya disambut oleh para kandidat lain yang ingin mendampinginya di Pilkada Kota Malang 2024. Anton masih menjadi magnet, karena popularitasnya yang sangat tinggi di masyarakat.
Popularitas dan elektabilitas Anton yang membumbung tinggi meski mantan Napi Kasus Korupsi rupanya bukanlah hal yang natural melainkan upaya dari “pencucian” nama baiknya di hadapan publik.
Dalam berbagai kesempatan sebelum memutuskan jadi Calon Wali Kota Malang, Ia sering mengatakan kepada masyarakat bahwa dirinya bukanlah pelaku korupsi melainkan korban. Padahal, putusan Hakim Tipikor jelas, Anton didakwa hukuman karena melakukan suap kepada Anggota Dewan agar dana Pokir tidak dianggarkan, melainkan diganti untuk proyek yang lebih besar.
Popularitas dan elektabilitas Anton yang tinggi itu, membuat beberapa kandidat calon wakil wali kota mulai berdatangan agar dapat “restu” dari nya.
Salah satu mantan kandidat bakal calon wakil walikota yang ingin dirahasiakan namanya bercerita kepada ItulahPolitik. Awalnya ia tertarik menggandeng Anton agar dijadikan pasangannya di Pilkada. Skemanya Anton sebagai calon wali kota dan ia menjadi wakilnya di Pilkada, meski ia merupakan kader dari partai besar di Kota Malang dengan raihan suara signifkan di Pemilu Legislatif.
Pertemuan dengan Anton akhirnya dilakukan. Ia mengaku kaget, karena sang mantan Walikota Malang itu justru tidak tertarik dengan ide dan gagasan membangun Kota Malang di masa depan, namun justru menaruh minat pada kesiapan “mahar”.
“Intinya pembicaraan soal kesepakatan adalah berkaitan dengan mahar dan beliau minta waktu itu kalau saya tidak salah ingat Rp 25 miliar,” kata politisi itu.
Ia menceritakan, memang Anton tidak meminta secara langsung, namun dari gerak tubuh saat berbicara mahar, justru lebih bersemangat daripada membahas visi dan misi. Bahkan, cara meminta mahar adalah dengan menuliskan angka pada kertas lalu ditunjukkan kepada kandidat calon wakil-nya.
“Ditulis di kertas biar tidak direkam, namanya juga takut tersebar karena ini era digital,” imbuhnya.
Belakangan ternyata diketahui cara dan pola mahar politik tidak saja untuk dirinya semata, namun juga pada kandidat calon lain dengan cara yang sama. Pasca mahar yang tidak cocok, akhirnya sang kandidat ini tidak lagi menghubungi Anton dan mencoba menjalin komunikasi politik dengan kandidat lain. Sayangnya, ia gagal menjadi calon di Pilkada 2024 karena beberapa kendala.
Pasca PKB, Demokrat dan PAN mendeklarasikan mendukung Paslon H. Anton – Dimyati Ayatulloh (Abadi) di Pilkada Kota Malang 2024, Anton langsung tancap gas untuk melakukan kampanye. Benar saja, elektabilitas Anton meroket pada awal setelah ditetapkan mengalahkan Paslon lain yakni Wahyu Hidayat – Ali Mutohirin (Wali) dan Heri Cahyono – Ganis Rumpoko.
Namun, dinamika politik yang terus berjalan membuat elektabilitas Anton menurun secara perlahan namun pasti. Puncaknya, penurunan elektabilitas Paslon Abadi secara signifikan terjadi pada bulan November ini.
Penyebabnya dikemukakan salah satunya oleh Lembaga Survei Terukur. Mereka merilis hasil survei yang menegaskan jika preferensi pilihan masyarakat Kota Malang terhadap Paslon di Pilkada adalah yang bebas dari Korupsi.
“Jawaban responden, tidak memilih calon pemimpin yang pernah korupsi sebesar 48,3 persen, yang memilih 30,6 persen dan yang tidak menjawab 21,1 persen,” kata Direktur Lembaga Survei Terukur, Khusnul Wafiq.
Selain itu, H. Anton juga dianggap masyarakat tidak konsisten dengan kalimatnya sendiri. Ini terjadi pada saat kampanye dan debat Paslon yang difasilitasi KPU.
Seringkali Anton mempermasalahkan bagi-bagi sembako dan program ziarah wali yang diinisiasi paslon lain. Bahkan, dalam banyak video yang beredar, saat kampanye Anton tegas menyatakan agar tidak memilih Paslon yang bagi -bagi sembako karena khawatir kalau menang pilkada akan korupsi.
Rupanya, apa yang Anton sampaikan itu dilakukan sendiri olehnya. Ia dilaporkan karena dugaan bagi-bagi uang saat kampanye.
Berdasarkan info dan video yang diterima bahwa Paslon Abadi dilaporkan ke Bawaslu Kota Malang atas dugaan praktik politik uang. Hal tersebut dilaporkan terjadi di dua titik saat Paslon Abadi berkampanye.
Pertama yakni dalam kegiatan kampanye di wilayah Kelurahan Purwodadi Kecamatan Blimbing pada 20 Oktober 2024. Kedua yakni di wilayah Kelurahan Buring Kecamatan Kedungkandang 5 November 2024. Pada dua lokasi ini, Abah Anton disebut memberikan uang sebesar Rp 50 ribu kepada setiap warga yang datang dalam agenda kampanye tersebut.
Selain itu, terdapat sebuah video yang berhasil merekam Abah Anton saat berkampanye. Dimana saat itu, Abah Anton terlihat memberikan sesuatu diduga uang dengan sembunyi-sembunyi kepada salah satu pendukungnya.
Hal tersebut dibenarkan oleh Komisioner Bawaslu Kota Malang, Hamdan Akbar. Namun Hamdan meluruskan bahwa hal tersebut masih belum dapat disebut sebagai laporan. Artinya masih sebatas aduan. “Sifatnya aduan, kalau laporan resmi tidak,” tegas Hamdan.
Selain itu, banyak kalangan Ulama dan Habaib yang mulai meninggalkan sang mantan walikota dan memberi doa pada Paslon lainnya. Termasuk, kalangan pedagang, pelaku UMKM hingga juru parkir. Hal itu yang membuat elektabilitas Anton kini sedang ambyar dan tersalip oleh Paslon Wali di Pilkada Kota Malang.